DLH Kota Pekalongan Terima Studi Banding IPAL dari Kelompok Batik Sengguruh Malang

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan mendapatkan kunjungan studi banding dari PT PLN Nusantara Power Up Brantas yang mendampingi Kelompok Batik Sengguruh (Batik Seng), Kabupaten Malang, selaku salah satu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) binaannya.
Kedatangan mereka ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan, untuk dapat belajar terkait pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) agar terhindar pencemaran lingkungan dari olahan batik yang dihasilkan Kelompok Batik Sengguruh (Batik Seng), Kabupaten Malang. Walau sebenarnya, di wilayah tersebut telah memiliki satu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sederhana sejak 2014.
Officer CSR PLN Nusantara Power Unit Pembangkitan Brantas, Dian Guterres menyebut jika Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tergolong hal baru di Kabupaten Malang. Kelompok Batik Sengguruh (Batik Seng) mempekerjakan ibu rumah tangga berusia produktif dengan tingkat pendidikan rendah dan teman-teman disabilitas, yang anggotanya sekarang mencapai 21 orang.
Dirinya datang ke Kota Pekalongan bersama dengan Dwi Andaryati selaku Senior Officer Kinerja, SDM, Umum dan CSR PLN Nusantara Power Unit Pembangkitan Brantas, Ketua Kelompok Batik Seng UMKM binaan PLN Brantas Evi Wahyu Astuti, dan Desainer Batik Seng Eko Soemitro.
''Kedatangan kami untuk belajar terkait pengelolaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), karena batik tergolong UMKM baru di Kabupaten Malang. Sementara Pekalongan menjadi tempatnya pembuatan batik, maka kami berharap bisa upgrade Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang telah ada,'' ujar Dian Guterres, Rabu 20 November 2024. ''Ini dibutuhkan, lantaran permintaan produksi bertambah maka perlu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) lebih besar,'' papar dia.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan, Sri Budi Santoso mengatakan Kota Pekalongan dalam mengembangkan batik relatif cukup mahir. Hanya saja, untuk pengolahan limbah masih minim. Ketersediaan dan kemampuan Pemerintah Kota Pekalongan menyediakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal belum bisa maksimal karena banyaknya UMKM Batik. Sehingga berusaha menggandeng stake holder lainnya dari perguruan tinggi dan Non Governmental Organization (NGO) untuk membantu pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). ''Kota Pekalongan baru memiliki 4 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal. Jumlah ini belum mampu menampung semua industri perajin batik di Kota Pekalongan.
Keberadaannya, hanya dapat menampung sekitar 30 persen limbah batik saja,'' terang dia, didampingi Kabid Pengendalian, Pencemaran Lingkungan dan Pengelolaan RTH, Adi Usnan beserta bidang terkait lainnya di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan.
Kedatangan mereka ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan, untuk dapat belajar terkait pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) agar terhindar pencemaran lingkungan dari olahan batik yang dihasilkan Kelompok Batik Sengguruh (Batik Seng), Kabupaten Malang. Walau sebenarnya, di wilayah tersebut telah memiliki satu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sederhana sejak 2014.
Officer CSR PLN Nusantara Power Unit Pembangkitan Brantas, Dian Guterres menyebut jika Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tergolong hal baru di Kabupaten Malang. Kelompok Batik Sengguruh (Batik Seng) mempekerjakan ibu rumah tangga berusia produktif dengan tingkat pendidikan rendah dan teman-teman disabilitas, yang anggotanya sekarang mencapai 21 orang.
Dirinya datang ke Kota Pekalongan bersama dengan Dwi Andaryati selaku Senior Officer Kinerja, SDM, Umum dan CSR PLN Nusantara Power Unit Pembangkitan Brantas, Ketua Kelompok Batik Seng UMKM binaan PLN Brantas Evi Wahyu Astuti, dan Desainer Batik Seng Eko Soemitro.
''Kedatangan kami untuk belajar terkait pengelolaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), karena batik tergolong UMKM baru di Kabupaten Malang. Sementara Pekalongan menjadi tempatnya pembuatan batik, maka kami berharap bisa upgrade Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang telah ada,'' ujar Dian Guterres, Rabu 20 November 2024. ''Ini dibutuhkan, lantaran permintaan produksi bertambah maka perlu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) lebih besar,'' papar dia.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan, Sri Budi Santoso mengatakan Kota Pekalongan dalam mengembangkan batik relatif cukup mahir. Hanya saja, untuk pengolahan limbah masih minim. Ketersediaan dan kemampuan Pemerintah Kota Pekalongan menyediakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal belum bisa maksimal karena banyaknya UMKM Batik. Sehingga berusaha menggandeng stake holder lainnya dari perguruan tinggi dan Non Governmental Organization (NGO) untuk membantu pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). ''Kota Pekalongan baru memiliki 4 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal. Jumlah ini belum mampu menampung semua industri perajin batik di Kota Pekalongan.
Keberadaannya, hanya dapat menampung sekitar 30 persen limbah batik saja,'' terang dia, didampingi Kabid Pengendalian, Pencemaran Lingkungan dan Pengelolaan RTH, Adi Usnan beserta bidang terkait lainnya di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan.