TPST Mitra Brayan Resik, Garda Terdepan Atasi Darurat Sampah di Kota Pekalongan

Di tengah kondisi darurat sampah yang dihadapi Kota Pekalongan, keberadaan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Mitra Brayan Resik menjadi salah satu solusi nyata dalam mengendalikan dan mengurangi timbunan sampah di Kota Batik. Setiap harinya, sebanyak 19 orang pekerja bekerja dengan penuh dedikasi, memilah sampah sejak pukul 08.00 hingga 16.00 WIB, didukung oleh dua mesin pengolah sampah yang mampu menangani sekitar 5 ton sampah per hari.

Sampah yang masuk ke TPST umumnya masih dalam kondisi tercampur. Di sinilah peran penting para pekerja: memilah antara sampah organik untuk diolah menjadi pupuk dan maggot, serta sampah anorganik seperti plastik dan botol yang memiliki nilai ekonomi untuk kemudian didaur ulang atau dikirim ke luar daerah. Menurut Koordinator TPST Mitra Brayan Resik, Tobiin, harapan ke depan adalah agar masyarakat semakin sadar dan terbiasa memilah sampah dari rumah, guna mempermudah proses pengolahan di TPST.

Pekerjaan memilah sampah memang tak selalu mudah dan kerap dianggap kotor, namun sejatinya adalah pekerjaan mulia—menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat untuk generasi mendatang.

Sementara itu, Bank Sampah Kota Pekalongan juga terus bergerak. Meskipun jumlah nasabah belum mengalami peningkatan signifikan dan masih berada di angka sekitar 200-an, aktivitas tetap berjalan lancar. Seperti disampaikan oleh Direktur Bank Sampah Kota Pekalongan, Abdul Mukti, sampah bernilai ekonomi seperti sampah atom dan plastik secara rutin dikirim ke luar daerah, termasuk ke Majalengka, setiap dua minggu sekali.

Sinergi antara TPST, bank sampah, pemerintah, dan masyarakat menjadi kunci dalam menghadapi tantangan pengelolaan sampah. Harapannya, semangat ini terus tumbuh dan menginspirasi masyarakat untuk lebih aktif dalam menjaga lingkungan, dimulai dari langkah kecil di rumah masing-masing.